ORANG MUNAFIQ PADA ZAMAN RASULULLAH

Pada zaman Nabi Muhammad, ketika mulai terlihat kekuatan islam sesudah meraih kemenangan dalam perang Badar, barulah ada orang-orang yang berpura-pura islam padahal hatinya masih tetap kafir seperti Abdullah bin Ubay, tokoh khazraj yang pernah akan dinobatkan sebagai pemimpin di Madinah, tetapi gagal karena tiba-tiba nabi datang di kota Madinah.

Pada waktu perang Uhud, nabi keluar dari Madinah bersama ± 1000 orang pasukan. Ketika di tengah perjalanan antara Madinah dan Uhud, Abdullah bin Ubay bersama ± 300 pasukannya yang umumnya para pendukungnya, melakukan desersi dan kembali pulang.

Bukhari meriwayatkan bahwa kaum muslimin berselisih pendapat dalam menanggapi desersi ini. Sebagian mengatakan “kita perangi mereka”, sebagian lagi mengatakan “biarkan mereka”. Lalu turun Surat An-Nisa ayat 88.

Maka mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan dalam (menghadapi) orang-orang munafiq, padahal Allah telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri? Apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang telah disesatkan Allah? Barang siapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. (QS An-Nisa : 88 )

Al Qurtubhi ketika ditanya tentang hikmah mengapa nabi tidak membunuh mereka padahal ia mengetahui keadaan mereka? Maka jawabnya adalah sebagaimana yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah berkata kepada Umar radhiallahu ’anhu : Saya tidak suka orang-orang menyiarkan bahwa Muhammad membunuh kawan-kawannya.

Khawatir kalau-kalau orang-orang Arab yang tidak mengetahui sebab pembunuhan itu, mungkin mundur dan takut masuk islam.

Imam Malik berkata, Rasulullah tidak membunuh orang munafiq untuk menjelaskan bahwa seorang hakim tidak boleh menghukum menurut pengetahuannya sendiri.

Imam Syafi’i berkata, yang menahan Nabi untuk tidak membunuh orang-orang munafiq padahal Nabi mengetahui keadaan mereka, karena mereka telah menunjukkan apa yang dapat menahan (memelihara) darah dan harta mereka. Sebagaimana tersebut dalam hadits shahih :

Aku diperintah memerangi orang-orang sehingga mereka mengucap : laa ilaaha illallah. Maka bila mereka telah mengucapkannya, terpelihara dari padaku darah dan harta mereka kecuali dengan haknya dan perhitungan mereka terserah kepada Allah Azza wa Jalla.

Juga pada waktu perang Tabuk, salah satu sifat dan ciri kaum munafiq terlihat. Kaab bin Malik berkata, pada waktu itu Rasulullah mengumumkan peperangan ini kepada kaum muslimin tidak seperti biasanya. Beliau melakukan perang Tabuk dalam musim yang sangat panas, menempuh jarak yang sangat jauh dan musuh yang berjumlah sangat besar. Thabarani meriwayatkan dari hadits Ibnu Hushaih bahwa jumlah tentara Romawi sebanyak ± 40.000 personil.

Demikianlah perjalanan dalam peperangan ini sangat berat dirasakan oleh jiwa manusia. Ini merupakan ujian dan cobaan berat yang membedakan siapa yang di dalam hatinya ada nifaq dan siapa yang benar-benar beriman (Bukhari dan Muslim)

Orang-orang munafiq berkata kepada sebagian lain, “janganlah kalian berperang di musim panas”.

Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: “Janganlah kamu berangkat (pergi berperang)dalam panas terik ini”. Katakanlah: “Api neraka Jahanam itu lebih sangat panas (nya)”, jika mereka mengetahui. (QS At-Taubah : 81)

  1. Leave a comment

Leave a comment